Gejala Deindustrialisasi Tidak Terjadi di 2011

Jakarta - Gejala deindustrialisasi diperkirakan tidak akan terjadi pada tahun 2011. Hal itu terlihat dari realiasi pertumbuhan industri yang mencapai 4,69 persen pada 2010, dan peningkatan impor bahan baku dan barang mesin.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total impor bahan baku sepanjang Januari-November 2010 adalah USD89,206 miliar atau mengalami peningkatan sekira 43 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2009, sedangkan impor barang modal mencapai USD24,401 miliar atau naik 35,20 persen dari periode sama tahun 2009. 

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, gejala deindusrialisasi yang diproyeksi akan terjadi oleh para pengamat ekonomi, tidak akan terjadi pada tahun 2011.

"Kita lihat industri bertumbuh secara year on year (yoy) dari 2009 ke 2010 adalah sebesar 1,5 persen, sehingga deindustrialisasi tidak terjadi,” kata Hidayat di Jakarta, Senin (3/1/2011).

Menurut Hidayat, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan melakukan berbagai langkah untuk mencegah terjadinya gejala deindustrialisasi, yang diantaranya adalah membuat kluster industri yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.

"Kemenperin menargetkan industri tumbuh 6,1 persen tahun 2011. Itu akan tercapai kalau tiga permintaan saya dipenuhi, yakni insentif fiskal, lahan 300 ribu hektare (ha) untuk swasembada gula, dan kepastian hukum," ujarnya.

Berbeda dengan Hidayat, Menko Perekonomian Hatta Rajasa justru menargetkan industri akan bertumbuh sebesar 4,5-5 persen pada tahun 2011. Pertumbuhan industri manufaktur pada 2011, kata Hatta, didorong oleh  realisasi ekspansi dari hampir semua sektor industri. "Ini penting karena industri manufaktur salah satu sektor menyerap tenaga kerja," kata Hatta.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa mengatakan, pada tahun 1998, pertumbuhan industri manufaktur nasional mampu mencapai dua dijit. Pada tahun 2011, kata Erwin, akan terjadi tren peningkatan pertumbuhan industri manufaktur nasional. Itu artinya, gejala deindustrialisasi yang terjadi tidak separah seperti tahun 2010.

"Sementara pada tahun 2010, hanya tumbuh empat persen, ini artinya industri manufaktur memang menurun atau terjdi deindustrialisasi. Namun saya melihatnya trennya sudah positif naik dan prediksi saya tahun 2011 akan lebih baik dari tahun 2010, walaupun belum normal seperti sebelum 1998," jelas Erwin. 

Menurut Erwin, untuk merealisasikan hal tersebut, kuncinya adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif dan meminimalisasi biaya ekonomi yang tinggi melalui akselerasi infrastruktur.

Selain itu, ujar dia, pemerintah harus fokus pada sektor-sektor industri yang memiliki efek domino yakni mampu menyerap banyak tenaga kerja. "Di samping itu, kami semua berharap distribusi penyerapan government spending semakin lebih baik," ujar Erwin.

Apabila hal-hal tersebut bisa dilakukan, maka, Erwin menambahkan, pada tahun ini, industri manufaktur nasional akan bertumbuh sekira lima persen.
Sumber: Economy.okezone.com, 3 Januari 2011

Tidak ada komentar: