Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Jika kita berbicara masalah pendidikan, hal utama yang akan terbesit pada benak kita adalah seorang pendidik. Iya pendidik, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik
mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu: Guru, Dosen, Konselor, Pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, Ustadz, dan sebutan lainnya.
Namun berbicara tentang pendidikan
dewasa ini, tidak dapat dilepaskan oleh peranan pendidikan berkarakter.
Ironis memang ketika melihat realitas di negeri ini, dimana pendidikan
kita bukannya membaik, tetapi semakin melemah. Sebagai contoh yaitu
kasus kekerasan atau tawuran antar pelajar yang marak terjadi pada tahun 2011 lalu. Lihat saja
pemberitaan di televisi, ada kasus bentrokan beberapa pelajar SMA
Negeri di Jakarta dengan wartawan salah satu televisi swasta. Belum lagi
kasus kekerasan yang melibatkan beberapa mahasiswa antar fakultas dalam
1 kampus. Sebenarnya penyebab permasalahan yang terjadi ini hanya
sepele, namun lunturnya jiwa nasionalime dan kemerosotan moral
merupakan faktor utama dari semua kasus yang ada. Kita memiliki masalah
yang cukup serius yaitu pada mentalitas dan moral bangsa. Pendidikan
kita seharusnya lebih menekankan pada pembangunan karakter nasionalisme,
bukan pada pencapaiaan kecerdasan intelektual saja.
Upaya implementasi pendidikan karakter di sekolah, tentu tidak lepas
dari peran pendidik. Berdasarkan kajian teoritis maupun empiris diyakini
bahwa keberhasilan pendidikan karakter salah satunya diwarnai oleh
faktor pendidik itu sendiri. Diawal tulisan ini saya telah mengungkapkan bagaimanakah arti sebuah pendidikan, dan bagaimanakah arti seorang pendidik bagi pendidikan. Namun sekarang saya akan lebih memperjelas lagi arti dari pendidik, namun lebih fokus pada pendidik yang berkarakter sehingga dapat menjadikan pendidikan berkarakter. Arti pendidik yan berkarakter sesuai yang saya kutip dari buku Dr. Uhar Suharsaputra .Seorang pendidik adalah seorang yang telah menyerahkan dirinya dalam
organisasi sekolah, dia tidak bisa melakukan tindakan dan berperilaku
sesuai keinginan sendiri, tetapi harus dapat menyesuaikan diri dengan
peran dan tugasnya sesuai peran dan tuntutan tugas serta aturan
organisasi yang menjadi kewajiban bagi seorang guru, oleh karena itu
kita, GURU HARUS TAHU ATURAN, BERSEDIA DIATUR, dan BISA MENGATUR. Tahu
aturan bermakna memahami bagaimana mekanisme kerja organisasi, dengan
pemahaman itu maka seorang guru harus mau dan bisa diatur sesuai dengan
mekanisme yang berlaku, serta harus bisa mengatur dalam arti mengelola
secara optimal apa yang menjadi peran dan tugasnya dalam organisasi
sekolah. Sementara berkaitan dengan bersikap dan bergaul dengan siswa, pendidik adalah pelayan mereka untuk mengantarnya pada masa depan yang lebih baik
dalam hidup dan kehidupan, dalam ketidakpastian masa depan yang mungkin
sedikit dapat dipastikan.
Jika kita mengulas tentang pendidik pasti akan terlitas dan pertama terlintas dibenak kita adalah sosok Ki Hajar Dewantoro yang lahir pada 2 Mei 1899 dan tiap tanggal 2 Mei kita
memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), beliau telah mengambarkan
tentang sosok guru idaman nan ideal. Saya yakin kata-kata beliau tidak
asing lagi di telingga kita. Menurut beliau seorang pendidik harus:
1. Ing Ngarso Sung Tulodho
Kunci sukses pendidikan yang pertama dan utama adalah Akhlaq. Pendidik benar–benar harus bisa menjadi teladan dalam berakhlaq. Anak didik kebanyakan lebih percaya dengan pendidiknya daripada orangtuanya, karena guru dianggap tahu segala-galanya. Untuk itu segala tingkah laku, sopan santun pendidik akan menjadi panutan muridnya. pendidik kencing berdiri, murid kencing berlari.
2. Ing Madyo Mangun Karso
Kunci sukses kedua adalah Minat dan Semangat Belajar. Pendidik harus benar–benar menjadi penggali minat dan pemompa semangat belajar anak sehingga setiap anak mampu berpikir kritis dan belajar mandiri.
Jadi sebetulnya pendidik tidak perlu banyak mengajar, justru lebih perlu banyak menggagas tentang beragam bintang prestasi di langit yang perlu setiap siswa gapai.
Seorang bijak berpendapat bahwa tugas pendidik itu ibaratnya bercerita tentang enaknya ilmu dan membangkitkan selera anak untuk melahap ilmu tersebut. Keberhasilan tertinggi pendidik adalah jika mampu mengubah siswa yang mogok belajar menjadi siswa lebih pandai dari dirinya. Ini bukan tidak mungkin, karena otak anak dalam golden-age sedang otak pendidiknya sudah mulai telmi, waktu belajar anak lebih luas, sementara waktu belajar pendidik lebih terbatas, sumber belajar saat ini lebih banyak daripada sumber belajar ketika pendidik kuliah.
3. Tut Wuri Handayani
Kunci sukses ketiga adalah Pengasuhan dan Pengayoman. Pendidik harus benar–benar pengganti orang tua yang menerapkan Asah, Asih, Asuh, namun sekali lagi bukan dalam arti mengajar tapi mendidik.
Kunci sukses pendidikan yang pertama dan utama adalah Akhlaq. Pendidik benar–benar harus bisa menjadi teladan dalam berakhlaq. Anak didik kebanyakan lebih percaya dengan pendidiknya daripada orangtuanya, karena guru dianggap tahu segala-galanya. Untuk itu segala tingkah laku, sopan santun pendidik akan menjadi panutan muridnya. pendidik kencing berdiri, murid kencing berlari.
2. Ing Madyo Mangun Karso
Kunci sukses kedua adalah Minat dan Semangat Belajar. Pendidik harus benar–benar menjadi penggali minat dan pemompa semangat belajar anak sehingga setiap anak mampu berpikir kritis dan belajar mandiri.
Jadi sebetulnya pendidik tidak perlu banyak mengajar, justru lebih perlu banyak menggagas tentang beragam bintang prestasi di langit yang perlu setiap siswa gapai.
Seorang bijak berpendapat bahwa tugas pendidik itu ibaratnya bercerita tentang enaknya ilmu dan membangkitkan selera anak untuk melahap ilmu tersebut. Keberhasilan tertinggi pendidik adalah jika mampu mengubah siswa yang mogok belajar menjadi siswa lebih pandai dari dirinya. Ini bukan tidak mungkin, karena otak anak dalam golden-age sedang otak pendidiknya sudah mulai telmi, waktu belajar anak lebih luas, sementara waktu belajar pendidik lebih terbatas, sumber belajar saat ini lebih banyak daripada sumber belajar ketika pendidik kuliah.
3. Tut Wuri Handayani
Kunci sukses ketiga adalah Pengasuhan dan Pengayoman. Pendidik harus benar–benar pengganti orang tua yang menerapkan Asah, Asih, Asuh, namun sekali lagi bukan dalam arti mengajar tapi mendidik.
Dari beberapa pendapat mengenai definisi pendidik yang berkarakter, dan beberapa petuah dari Bapak pendidikan indonesia. Dan pengamatan saya dari kehidupan sehari-hari dalam lingkungan pendidikan formal ataupun non formal, selanjutnya saya akan memaparkan bagaimanakah sosok pendidik yang berkarakter itu. Sehingga mudah-mudahan ini menjadi tolak ukur bagi pendidik untuk berlaku dalam mendidik.
1. Ramah dan Riang
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Murah
senyum, menyapa, memulai pembicaraan, memancing pertanyaan, tanggap
dengan penuh perhatian dan hormat terhadap komentar siswa.
- Menceritakan leucon, tertawa bersama siswa
2. Penuh keakraban
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Pandai
membuat lelucon, mendorong dan memulai diskusi, hafal nama-nama
siswa, berinteraksi dengan siswa sebelum dan setelah pembelajaran
berlangsung
3. Berwibawa dan percaya diri
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Menerapkan tata tertib belajar yang jelas, menjaga ketertiban kelas, berbicara dengan suara lantang dan jelas.
- Berbicara jelas, menatap (kontak) mata siswa, menjawab pertanyaan dengan benar.
4. Rendah hati dan peduli
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Mengakui kesalahan, tidak sombong, tidak mendompleng sukses orang lain, dan tidak merendahkan perestasi/sukses orang.lain
- Menghargai
karya siswa yang baik,. membantu siswa yang membutuhkan bantuan,
hafal nama-nama siswa, menawarkan bonus atau nilai tambahan terhadap
prestasi siswa yang tinggi.
5. Hormat/menghargai
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Tidak melecehkan dan mempermalukan siswa di kelas, ramah pada siswa, mengucapkan kata minta tolong dan
terima kasih terima kasih atas tindakan siswa yang diminta, tidak
memotong pembicaraan siswa, tidak mebentak atau mengeluarkan kata-kata
kasar pada siswa.
6. Pendengar yang baik
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Tidak memotong pembicaraan siswa, selalu mengadakan kontak mata, menanyakan inti pertanyaan yang diajukan siswa.
7. Profesional dalam penampilan
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Berpakaian rapih, bersih, tidak kusut dan kotor
8. Antusias dalam mengajar
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Murah senyum saat mengajar, menyajikan kegiatan belajar yang menarik, menampilkan ekspresi gerak dan mimik untuk pernyataan atau hal-hal penting, datang tepat waktu.
9. Mengelola waktu pembelajaran dengan baik
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Tiba
tepat waktu atau lebih awal, mengakhiri pembelajarn tepat waktu,
menyajikan bahan ajar yang relevan, memberikan kesempatan (waktu)
untuk pertanyaan, menepati janji, mengembalikan pekerjaan siswa tepat
waktu
10. Kreatif dan menarik
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Melakukan
eksperimen metode mengajar, menggunakan produk teknologi untuk
mendukung dan meningkatkan kualitas pengajaran, menggunakan contoh
yang relevan, menarik, tidak monoton
11. Komunikator efektif
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Berbicara lantang dan jelas, menggunakan kata/istilah baku, memberikan contoh yang jelas dan relevan.
12. Menetapkan sasaran belajar harian
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Menyiapkan dan mengikuti silabus dan RPP setiap kali melakukan pengajaran dan pembelajaran.
13. Melek/terampil teknologi
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Mampu
menggunakan komputer, mampu melakukan surat-menyurat melalui e-mail,
mampu menggunakan alat tayang seperti OHP, LCD, dll.
14. Menguasai materi ajar
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Mampu
menjawab dengan mudah pertanyaan siswa, tidak membaca langsung dari
buku atau catatan, dan memberikan contoh yang jelas dan mudah
dimengerti.
15. Menyajikan informasi terkini
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Mengaitkan topik pembelajaran dengan situasi nyata terkini, menggunakan rujukan (buku, majalah, video dll) mutakhir
16. Selalu siap
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Membawa
benda/bahan yang diperlukan dalam pembelajaran, tidak pernah
terlambat datang ke kelas, memberikan kerangka kegiatan belajar
(diskusi dsb).
17. Merangsang diskusi
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Mengajukan pertanyaan menantang dan kontroversial saat pembelajaran, mengarahkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
18. Merangsang tumbuhnya pikiran kritis/rangsangan intelektual
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Mengajukan
pertanyaan cerdas/mendalam/bijak, menggunakan soal essay dalam kuis
atau ujian, memberikan tugas rumah, mendorong diskusi/kerja kelompok
19. Memberikan umpan balik konstruktif
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Memberi komentar pada kertas kerja siswa, menjawab pertanyaan siswa, memberi saran
20. Menerapkan ujian yang berkeadilan
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Memberikan
garis-garis besar bahan yang akan diujikan, soal ujiam relevan, tidak
membebani siswa dengan bahan bacaan, memberikan materi ajar yang
sesuai dengan tingkatan mayoritas siswa,
21. Peka dan teguh hati
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Meyakinkan
diri bahwa siswa telah menguasai materi ajar sebelum berpindah ke
materi baru, memberikan pelajaran tambahan, mengulangi penjelasan bila
perlu, menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa.
22. Berusaha menjadi guru yang lebih baik
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Meminta
umpan balik atas kinerjanya dari siswa, selalu belajar (mengikuti
seminar, pelatihan dll), menggunakan metode mengajar tebaru
23. Kesalingmengertian
Indikasi yang mungkin mendekati adalah
- Mau menerima alasan yang sah siswa yang ingin meniggalkan pelajaran, tidak
kehilangan kendali diri (marah) terhadap siswa, menyediakan waktu
tambahan untuk mendiskusikan materimateri yang sulit.
Demikian
tulisan saya buat sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan saya. semoga
tulisan ini bermanfaan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Artikel
ini diikut sertakan dalam Lomba blog Sampoerna School of Education “Menjadi Pendidik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar